Jumat, 12 Oktober 2018

Negeri Dwipa titipan nenek moyang kita

Ternyata Negeri dan kepulauan kami begitu besar, banyak binatang prasejarah ditemukan dikepulauan kami. Bahkan, para arkeolog pun menduga bahwa manusia telah mendiami pulau jawa lebih dari setengah juta tahun lalu. Bukan hanya itu, kebudayaan kami juga tergolong kebudayaan purba. Dalam kitab ramayana, di dalamnya disebut "Negeri Dwipa" yang memiliki arti pulau emas, negeri Dwipa yang memiliki tujuh kerjaan besar pada kala itu. Dwipa adalah nama negeri yang terdapat dalam perpustakaan klasik hindu dua ribu lima ratus tahun yang lalu.

Saya beranggapan bahwa begitu besar kepulauan kami, negeri Dwipa.  Bukan hanya besar pulaunya, namun juga besar dan makmur kerjaannya. Abad 14 Kerjaan Majapahit menjadi kerjaan termashur seantero dunia. Selain pulau dan kerjaannya yang besar, patut kita diakui bahwa negeri kami, adalah negeri yang melimpah kekayaannya, negeri yang subur. Dan bahkan dalam gulungan surat perkamen yang dimuliakan oleh tiongkok, negeri kami menjadi sumber ilmu bagi seluruh dunia beradab. Negeri yang dianggap sebagai asal kebudayaan Asia. Itu semua adalah cerita nenek moyang kita dulu, hanya cerita.

Pada abad 16 lah,  kepulauan jawa, dan maluku pada abad ke 17, mulai diduduki oleh orang-orang Belanda dan lambat laun menguasai pulau-pulau kami. Itu lah awal sejarah menyedihkan, awal sejarah memilukan, dimana hujan darah mulai sedikit demi sedikit menjatuhi kepulauan kami. Sehingga pada tahun 1906 bali juga dikuasai oleh mereka.

Orang asing itu mengeruk kekayaan kami, menangkis kepribadian kami, dan menindas putra-putri bangsa yang besar, yang telah banyak menciptakan karya ; melukis, memahat, mengarang musik, dan menciptakan tari selama berabad-abad. Dari situlah kami tidak dikenal lagi oleh dunia luar, kami sudah tidak semashur dulu. Hanya mereka pemeras-pemaras dari barat yang mencari harta di hindia, yang mengenal kami.

Imperialisme benar-benar dahsyat. Orang laki-laki direnggut dari rumahnya dan dipaksa untuk menjadi budak di pulau-pulau seberang, yang kekurang tenaga manusia. Bukan hanya itu, kaum perpuan juga dipaksa menjadi pekerja kebun nila dan mereka dipaksa harus terus bekerja keras. Begitu kejam mereka pada orang-orang dikepulaan kami dulu dan betapa tersiksanya orang-orang negeri kami. Tentu luar biasa tersiksanya.

Negeri tempe berarti negeri yang lemah,seperti itulah kami jadinya. Mereka terus menerus mengatakan kami sebagai bangsa yang memiliki otak kapas. Pengecut, takut duduk juga berdiri. Karena apa pun yang orang-orang kami dulu lakukan, selalu salah bagi mereka. Orang-orang kami juga hanya dapat berbicara pelan " ya, tuan" begitu saja, sehingga dalam bukunya Cindy Adams terdapat kalimat begini " Kami menjadi orang-orang yang lembek seperti agar-agar dengan nyali yang kecil. Kami seperti katak dan lembut seperti kapuk."

Itu lah cerita nenek moyang kami dulu. Sehingga mereka tetap terus dan terus selalu berjuang mengambil hak-hak mereka; kekayaan mereka, budaya mereka, dan kebahagian anak cucu mereka. Sampai akhirnya mereka berhasil melawan dan mungusir mereka, orang-orang belanda itu. Dan akhirnya mereka kembali membangun, merawat, dan memerdekakan bangsa ini. Begitu besar pengorbanan mereka untuk bangsa ini.

Dari semua yang saya tulis ini. Sebenarnya banyak manfaat yang bisa kita ambil, betapa kerasnya penderitaan dan pengorbanan nenek moyang kita. Dan juga sebenarnya ada sesuatu yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang membaca tulisan saya ini. Bahwa:

" Negeri kami adalah Negeri yang besar. Terus jaga dan rawatlah, seperti mereka nenek moyang kita yang mencintai negeri ini, menjaga dan merawat Negeri ini. Dengan begitu, sejarah kelam itu tidak akan terjadi lagi, jika kita sebagai penerus bangsa mencintai negeri ini."

Tulisan ini bersumber dari : Buku  "Bung Karno, penyambung lidah rakyat Indonesia". Karangan Cindy Adams.

Desa Gentong, Taman Krocok, Bondowoso.
Selasa, 09 oktober 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar