Minggu, 07 Oktober 2018

Kebijaksanaan Badut Athena

Socrates membawa era baru, ia berbeda dengan filosof-filosof sebelumnya, jika filosof-filosof sebelumnya mengkaji tentang terbentuknya alam dan jagad raya. Maka, Socrates lebih mengkaji tentang perilaku atau tindakan manusia. Maka alangkah baiknya sebelum kita mengupas bagaimana pemikiran dan arah berfikir socrates, layaknya kita harus mengetahui siapa socrates itu??

Jadi, sekitar tahun 450 S.M Yunani menjadi pusat kebudayaan. Sejak masa ini, filsafat mengambil suatu era baru. Dimana para filsof alam memusatkan perhatiannya pada hakikat dunia fisik semata. Dan menjadi sentral dalam sejarah sains ( Dikutip dari buku:Dunia sophie). kemudian demokrasi berkembang dengan adanya majelis-majelis rakyat dan pengadilan hukum, sehingga menuntut warga-warga Athena perlu mengemban pendidikan yang serius. Selain dari hal itu yang terpenting bagi rakyat Athena adalah menguasi seni berpidato. Maka datanglah Sekelompok guru dari kloni-kloni Yunani berkumpul di Athena, mereka mencari nafkah dengan cara mengajar para warga di Athena pada waktu itu. Mereka menamakan dirinya dengan sebutan kaum Sophis, yang berarti seseorang yang bijaksana dan berpengetahuan. Mereka (kaum sophis) memiliki permikiran kritis terhadap metologi (mitos) tradisional sama halnya dengan filosof-filosof alam. Namun pada hal yang bersamaan, mereka menolak spekulasi filsafat yang tak berguna. Mereka beranggapan bahwa, walaupun banyak jawaban dari pertanyaan yang filosofis, manusia tidak dapat mengetahui kebenaran mengenai teka-teki alam dan jagad raya. Pandangan inilah yang disebut dengan skeptisme. Dan pun mereka (kaum sophis) beranggapan bahwa, tidak ada norma yang mutlak, karena bagi mereka kita tidak bisa menentukan apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah.

Kemudian pada tahun (470-399 S.M) Socrates lahir kedunia, dia mencerahkan dunia. Walaupun pada akhir hayatnya dia mati mengenaskan, dikarenakan dia memperkenalkan dewa-dewa baru kepada rakyat Athena dan dihukum serta diperintah untuk meminum racun cemara.

Jika kaum Sophis tadi bersifat skeptis terhadap spekulasi filsafat. Namun tidak bagi socrates, ia menyukai cara berfikir yang filosofis, dalam artian mencintai kebijaksanaan. Karena itulah socrates yang buruk rupa itu dan banyak yang mengatakan bahwa dia adalah badut Athena, dengan hidungnya yang besar, mata yang agak keluar dan perut yang buncit. Walaupun keadaan fisiknya bagitu, dia selalu tetap saja merasa bahagia.

Dia memiliki seni berdiskusi atau bisa kita sebut dengan Dealektika Socrates. Dia tidak pernah memposisikan dirinya sebagai orang yang paling mengetahui segalanya. Namun, sebaliknya dia selalu memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Karena baginya, orang yang bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu. Dari dealektikanya itu, ia mencoba menanyakan sesuatu yang tidak dipahaminya kepada seseorang yang setiap ia temui, sampai-sampai seseorang itu tidak dapat menjawab pertanyaannya. Dan sering kali ia melontarkan pertanyaan yang menyebalkan, sehingga lawan bicaranya mengakui kesalahan dari argumennya. Dan disitulah sebenarnya letak dealektika Socrates, dia mencoba membuka akal sehat seseorang untuk mengetahi suatu kebenaran.

Dalam buku Dunia Sophie, Jostien Gaarder mengibaratkan Socrates sebagai bidan yang membantu "melahirkan" wawasan yang benar. Karena bagi (Socrates), pemahaman tidak timbul dari diri orang lain, melainkan dari dirinya sendiri, dengan pemahanan yang seperti itu niscaya akan menuntun pada jalan yang benar. Baginya seseorang akan berbuat benar, ketika ia mengetahui tentang kebenaran itu sendiri. Disinilah dapat kita simpulkan bahwa socrates adalah seorang rasionalis.

Socrates mempercayai bahwa manusia lahir kedunia sudah membahwa potensi. Dan ia tidak mempercayai bahwa manusia lahir seperti kertas putih. Seperti halnya seorang bayi yang baru lahir, ia sudah mempunyai potensi menangis sejak ia lahir, tanpa perlu orang tuanya mengajarinya cara untuk menangis.

Itulah yang saya pahami mengenai ajaran-ajaran socrates, hal yang dapat kita ambil dari ajaran-ajarannya adalah, kita tidak boleh menganggap diri kita sebagai seseorang yang paling benar, kita harus selalu beranggapan kita tidak tahu apa-apa. Dengan begitu maka kita akan mempunyai pengetahuan yang banyak dengan berusaha mengetahui sesuatu yang tidak ketahui itu.

Joisteen Gaader mengatakan "Mengetahui bahwa kita tidak tahu, merupakan pengetahuan juga."

Kademangan, Bondowoso.
Sabtu, 06 Oktober, 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar