Kamis, 28 Juni 2018

Konsumen Tetap Kebenaran

Kita (manusia) adalah makhluk khas. katanya Dr. M. kristiawan dalam bukunya, filsafat pendidikan, mengapa Dr. M. Kristiawan mengakatan begitu ? karena baginya manusia hidup bukan hanya untuk bertahan hidup, bukan seperti tikus yang hanya mencari mangsa agar ia bisa bertahan hidup. Namun manusia lebih dari itu, manusia mempunyai beribu-ribu keinginan dalam hidupnya, bukan hanya bertahan hidup, seperti se-ekor tikus. oleh sebab itulah Dr. m. kristiawan menegaskan kembali bahwa manusia adalah makhluk khas yang berbeda dengan makhluk lain ciptaan tuhan.

Ke-khasan manusia adalah, mereka yang mampunyai banyak perbedaan-perbedaan pendapat, keinginan, cita-cita dan tujuan. sehingga terkadang manusia terlalu ego dengan ke-khasannya. Keegoan tersebutlah yang malahirkan perbedaan dan kadangkala perbedaan itu tidak mampu diterima oleh yang lainnya dan bahkan sebaliknya. Hal itu disebabkan, tidak lain karena sama-sama mempertahankan ke-egonya.

Kebenaran adalah pembahasan dan peng-aku-akuan yang sering kali manusia perdebatkan dan pertarungkan. Dan itu pun saya rasa tidak akan pernah ada akhirnya dan mungkin tidak akan berakhir sampai hari kiamat nanti.

Mengklem satu sama lainnya sudah hal biasa bagi manusia, memfitnah, gosip dll sudah menjadi rutinitas manusia sehari-hari bahkan membunuh satu sama lain adalah hal wajar bagi manusia itu sendiri. hal itu terjadi tidak lain adalah karena mengagung-agungkan kebenaran dan saling berebut siapa yang paling benar, yang akibatnya sangat membahayakan sesama manusianya .

Hal itu terjadi karena manusia minim dalam pendidikannya hingga tak terdidik kelakuannya, dan tidak mengetahui ukuran kebenaran itu sendiri. Paule Netrop mengakatan dalam buka Epistimologi kiri yang pengarangnya saya lupa. Ia mangatakan, kebenaran tidak perlu pengakuan dan diakui bahkan memaksakan agar orang mengakui bahwa itu adalah kebenaran, akan tetapi kebenaran akan diakui dengan dirinya sendirinya, tanpa pemaksaan. jikalah ia memang benar-benar benar.

Mengukur kebanaran. Dalam mengukur kebenaran tentunya kita harus tahu klasifikasi kebenaran itu sendiri, agar kita tidak mencampur adukkan kebenaran satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam filsafat pendidikan Dr. m kristiawan menjelaskan tentang kebenaran, ia menjelaskan bahwa secara umum ada 4 jenis kebenaran (yang bisa kita ukur) yang dikenal orang, yaitu kebenaran religius, filosofis, estetis dan kebenaran ilmiah. oleh karennya kita tidak bisa mencampur kebenaran filosofis, yang itu kebenarannya penuh perbedaan pendapat. dengan kebenaran religus yang itu merupakan kebenaran tingkat langit, kebenaran mutlak tuhan kata sahabat diskusi saya.

ketika kita sudah mengetahui jenis-jenis kebenaran itu sendiri, tentunya kita bisa bersikap lebih dewasa, tidak mudah menyalahkan yang satu dan yang lainnya.

Kebenaran itu ambigu kata buku yang pernah saya baca. Sebenarnya tidak penting berbicara dan berdebat masalah kebenaran. Karena bagi saya tidak ada gunanya bila hanya membahasa dan berdebat masalah kebenaran, jika ktidak mampu berbuat kebenaran itu sendiri.

sering kali masyarakat kita terlalu asik menjadi konsumen kebenaran, mereka menjadi penilai, pembeli dan bahkan juri bagi kebenaran yang itu dijual oleh para pemikir-pemikir pembuat kebenaran. Namun realitasnya, dirinya sendiri tidak mampu dan bahkan malas melakukan suatu kebenaran dan perbuatan yang benar. Jika tetap demikian, maka kebenaran hanyalah menjadi kata bukan fakta yang seharusnya diimplementasikan, dan mungkin kita akan hanya mengharap kebenaran yang datangnya put tak pasti kapan, karena memang diri kita sendiri tidak mampu memberi kebenaran dan berbuat yang benaran. Sehingga kebenaran tak kunjung datang.

Oleh karenanya, selayaknya kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. itu lah kebenaran yang nyata, fakta dan bukan kata. Yaitu kebenaran yang dijalankan. bukan hanya kebenaran yang dibeli dan dikonsumsi teruntuk dirinya sendiri.

tidak akan pernah jadi benar jika kita tidak bisa melakukan hal yang benar-benar benar. bukan??

Ahmad Rizal, 26 juni, 2018. Alun-alun Bondowoso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar