Kamis, 14 Juni 2018

Lebaran dan Menu warung Cak Pipi

Dihari yang fitri, dunia berubah 100 derajat dari sebelumnya, ya,  karena sebagian orang ada yang kesana dan kesitu,  dan sebagian yang lain ada yang kesitu dan kesana, tidak lain hanya untuk bersilaturrahmi dengan orang-orang yang ada disini dan disana. Aku pun turut andil dalam melaksanakan, mengikuti dan menjalankan budaya, serta tradisi silaturrahmi dihari yang fitri ini.

Idul fitri kali ini aku menuju arah selatan rumah sahabatku. Sekitar kira-kira 20 kilo meter kurang lebih dari rumah ke tempat sahabatku itu. ya. rumahku dan rumahnya (sahabatku) bisa dibilang cukup agak jauh.

Dipertengahan jalan, aku pun berhenti untuk mengisi perutku yang lagi muring-muring kelaparan. Aku pun melihat warung kecil kala itu, dan mampir disana. Warung itu bernamakan warung cak pipi, sebuah warung yang berada sangat jauh dari jalan raya. Pun tidak begitu rame dari orang-orang berbau kapitalis, teroris juga politisi. Ya, warung itu bisa dibilang sangat aman dan nyaman.

Dan disanalah aku duduk sambil melirik kesana, kesini dan kesitu. Nampak warung itu tidak terlalu sempit, juga tidak terlalu lebar, namun, udara sejuk memenuhi warung cak pipi itu.

Setelah sekian lamanya aku terplonga-plongo melihat kesederhanaan warung itu. akhirnya sosok seorang  pemuda berpeci aneh datang padaku. seraya menyapaku yang lagi duduk termenung.

" Cong anu apa been dennak, mak perak ngak lengak an, ngak reng gendeng. (Cong ngapain kamu kesini, kok cuma plonga, plongo kaya orang goblok.) ". Katanya dalam bahasa madura, sambil tersenyum dan seraya memperlihatkan keindahan kumis tipisnya.

"Sampean yang jualan cak?? " tanya ku pada penjaga warung aneh itu.

" Ya, saya yang berjualan diwarung ini. Kenapa?? " jawabnya, sembari melemparkan pertanyaan dengan tegasnya padaku.

"Nggk apa-apa cak, perut saya lapar cak, kebetulan saya lihat warung sampean ini, sekalian mampir mau makan cak! " jawabku  "Saya mau beli nasi disini, ada cak? " tanyaku tambah.

"Banyak " jawabnya cuek.

"Ada nasi apa aja cak? " tanyaku lagi.

" Ada nasi jrengkeng (Nasi yang campur dengan singkong yang sudah dihaluskan), ada nasi peccel, nasi sama tempe, telor dadar dan lalapan. " jawabnya.

" Gak ada nasi yang pake lalapan ayam goreng cak? " tanyaku.

"Gak ada, disini warungnya rakyat kecil, yang pekerjaannya hanya petani, mengangun sapi, dan jualan. bukan warung petinggi dan pejabat negeri " jawabnya.

"Kalo gak mau gk apa-apa, sana pulang..!, cari warung lain,  saya hanya melayani rakyat kecil yang perekonomeanya rendah, dan rakyat yang telah direndahkan oleh mereka para manusia keparat, manusia keparat yang tanpa ada rasa kemanusiaan itu" tambahnya.

Aku pun kaget, dengan jawab cacak penjaga warung itu, saya sama sekali tidak paham, mengapa cacak itu sangat benci dengan pejabat dan petinggi-petinggi negera.

Sebelum kebingunganku memuncak dan perutku semakin lapar, sembari aku memesan makanan nasi pecel dengan lauk tempe dan telor dadar kepada penjaga warung itu. dan pun akhirnya pesananku selesai dan disuguhkan tepat didepan hadapanku, tempat dimana aku telah duduk menikmati udara sejuk kala itu. Tanpa berdoa aku pun menerkam makanan itu, dengan terkaman penuh nafsu.

"Kamu mau kemana cong " tanyanya kepadaku, yang waktu itu sambil menggit tempe koreng pesananku.

"Mau silaturrahmi dengan sahabat saya cak " jawabku simpel.

" Oh bagus, perbanyaklah silaturrahmi, jangan cuma silaturrahmi pada waktu lebaran saja. agar kamu terselamatkan, soalnya ada ayat atau kalo gak hadis aku lupa, yang inti artinya begini " Kesihilah semua yang ada dibumi, maka niscaya yang ada dilangit akan mengasihmu " ungkapnya.

" Enggeh cak siap " jawabku.

"Jangan hanya siap-siapan saja, kesiapanmu itu segera dipersiapkan. agar kamu tidak hanya siap-siapan saja. lakukan!. " ucapnya, dengan nada keras dan raut muka agak marah.

" Enggeh cak " jawabku dengan tegas-keras.

"Lah begitu dong jadi pemuda, harus tegas pun tanggung jawab. jangan sampai menjilat ludahnya sendiri, memalukan!"

" Enggeh cak" jawabku


"Cacak ini kayaknya sedang banyak masalah "fikirku.

" Idul fitri ?  Hmm" katanya sambil menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum tidak ihlas .

"Kenapa cak dengan idul fitri? kok kayanya cacak tidak suka dengan adanya idul fitri ? "tanyaku pada cacak itu.

" Hmm ribet mau jawab, takut kamu sakit hati, soalnya banyak orang-orang saat ini terlalu fanatik dengan agamanya, sehingga lupa pada subtansi ajaran agamanya itu sendiri. Agama islam yang katanya agama penyelamat, Rahmatallil 'alamin itu, malah banyak dari agama islam yang menyelamkan(menyakiti, membunuh, dan bahkan Meneror) manusia dan agama lain. Yaa, karena mereka terlalu simpit dalam memaknai agama. sempet karena kefanatikannya dan keegohannya itu."

"Terus cak? " tanyaku. tak paham.

" Kamu ini kuliah ? " tanyanya.

" Enggeh cak, kuliah" jawabku.

" Kuliah dimana ?? "

"Di STAI At-taqwa bondowoso cak " jawabku tegas.

" Oh pantesan kamu gak ngerti-ngerti, kamu kuliah disekolahan tinggi itu toh, kampus bilinguan apa katanya? Haha, aku lupa. "

" Bilingual cak, bukan bilinguan" jawabku agak jengkel.

" Hahahaha, aku kira bilinguan, soalnya banyak dari mahasiswa disana yang diuan (angun/gembala) dijadikan kambing, sapi, kerbau dan hewan sejenisnya oleh mereka pimpinan kampus. " katanya sambil ketawa terbahak-bahak.

" Walah cacak dikira saya ini kambing apa? " tanyaku kesal.

" Hahaha bisa jadi, karena kamu sebenarnya terbodohi oleh mereka, tukang angun itu. siapa yang di angun?? ya kalian itu mahasiswa kambing, yang tidak bisa berbuat apa-apa, yang itu sangat menguntungkan mereka pimpinan kampus. Alasan saya bilang begitu. karena kalian tunduk patuh dengan sistem yang sangat kocar kacir dan brantakan itu, entah kenapa begitu?, entah, kalian tahu tentang kocar-kacirnya sistem kampus itu atau memang terlalu goblok, tolol dan penakutnya kalian. aku tidak paham. "

" Pendidikan kapitalis ya begitu, tidak memikirkan bagaimana anak bangsa ini cerdas, yang itu berdampak bagi kemajuan bangsa ini kedepan, malah ditindas dan diporoti SPP yang begitu mahal. Lucunya, pasca lulus dari sana, kampus bilinguan itu, ternyata sama halnya dengan anjing ompong,tidak ada gunanya." tambahnya. sambil tertawa terbahak-bahak campur kesal.

" Aaah, kok malah ngomong kampusmu itu, hmm gak ada manfaatnya untuk diperbincangkan. Maaf saya ngelantur tadi,cuma satu pesan saya untuk mu cong, ada kata-kata gusdur begini :
"kalau ingin melakukan perubahan, jangan tunduk pada kenyataan, asal yakin dijalan yang benar"

"Enggeh cak siap " kataku

" Kembali keurusan topik yang tadi cong, itu lebih penting,"

"Topik yang mana cak?? " tanyaku lupa.

" Astagfirullah, kamu sudah lupa ? belum berjam-jam duduk disini cong kamu sudah lupa..hmm " katanya, kaget

" Enggeh cak..hehehe " jawabku sambil cengengesan.

" Makanya jangan sering-sering nonton vedio porno yang tidak berguna itu, agar kamu tidak jadi pelupa, terutama lupa kepada dirimu sendiri, camkan itu "

" Hehe enggeh cak " jawabku malu.

"Topik tadi loo, lebaran idul fitri , ingat kan?,saya rasa idul fitri yang merupakan hari besar bagi umat yang beragama islam, yang terus senantiasa diperingati, dirayakan, dan disemarakkan itu. nyatanya pada realitanya, tak jarang bertolak belakang dengan agama itu sendiri."

" Mengapa begitu cak? " tanyaku tak paham.

" Kenapa begitu? ya karena kebertolak-belakangan tersebutlah, sering kali luput dikoreksi,lantaran manusia sibuk mengkemasnya dengan model-model tradisi pragmatis, terjerumus dalam feodalistik, dan terbius oleh wabah kapitalis. ya seperti pakaian baru mu itu loh ! " katanya, sambil menunjukkan jari telunjuknya pada baju baruku.

" Mirisnya lagi, keluhuran nilai, mulai dibantai oleh pusaran kapitalis yang memanfaatkan kelengengahan-kelengahan mereka yang beragama. termasuk kamu cong !. " bentaknya keras penuh amarah.

"Maaf cak " jawabku, ketakutan dengan keringat bercucuran bercampur malu.

"Maka selayaknya kita tidak boleh melupakan nilai dari kefitrian itu, kita harus menjaga dan merawatnya betul-betul. Nilai fitri yang semestinya termakna-pahamkan sebagai ruang baru untuk mengubah pemikiran, gagasan, pandangan, dan juga menghilangkan perspetif negatif; rasa benci, curiga dan perspektif negatif lainnya. Sudah mulai luntur dan hilang. Sebenarnya nilai-nilai ini cong yang harus kita jaga dan kita selamatkan" tegasnya.

"Perlu diingat cong, jika tradisi bertentangan dengan filosofinya, maka akan berimplikasi pada subtansi yang ada pada tradisi itu sendiri. paham cong? "

" Enggeh paham cak, terimakasih cak atas penyampaiannya "

" Ingat jangan nodai Subtansi dan nilai-nilai kefitrian ini. Tak usahlah berterimakasih, yang paling penting laksanakan cong.! " katanya, sambil tersenyum.

"Enggeh cak, saya kerumah sahabat saya dulu cak "

" Oiya cak, Berapa harga nasinya yang tadi itu cak ? " 

"Hmm gk usah gratis, toh kamu orang miskin juga kan?hehe.  Cuma gayanya saja yang sok kaya ..hahaa "

"Terimakasih banyak cak, sampai ketemu lagi cak !, assalamualaikum.! "

"Iyaa, wa alaikumsalam. Hati-hati cong !!"

Akhirnya aku pun melanjutkan perjalanan saya kearah selatan, setelah usai makan-makan diwarung cak Pipi tadi,  warung sederhana yang dipenuhi dengan nilai kemanusiaan itu.

Ahmad Rizal, Gentong, Bondowoso. Jumat, 15 juni, 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar