Senin, 04 Juni 2018

Rugi dan dirugikan

Ini adalah kritikanku, kritikanku untuk kampus bilingualku, kritikanku untuk kampus hijauku, kampus dengan berbagai cerita barunya, cerita barunya yang bagiku omong kosong. Ya ini adalah kritikanku untuk kampusku STAI At-Taqwa.
Aku mungkin tidak begitu pintar dan tidak cukup pandai, untuk tidak menghina kampusku. Bibirku seolah-olah ingin terus menghina kampusku. Karena bagiku, teramat banyak kesalahan yang sudah terjadi dan pun sering dilakukan oleh kampusku tercinta. Yaa terlalu banyak.
Pimpinan kampusku mungkin saja sudah tidak mampu memperbaiki kesalahan dan kekurangan kampusku ini, mereka sudah melemah dan terlalu lembek hingga tiada semangat, dikarenakan perutnya sudah kekenyangan oleh makanan-makan mahalnya, dengan uang gaji dari kampusku. Pantaslah kumpusku ini tidak maju-maju, malah terus mundur dan mundur cantik. Tidak ada perkembangan.
Tempo hari ada salah satu mahasiswa yang mengkritik kampusku dengan tulisan, dan itu sangat menggemparkan kampusku, terutama mereka yang kekenyangan dikursi dan ruang ber-AC itu. Yaa karena kritikan dari salah satu mahasiswa itu sangatlah realistis tanpa dibuat-buat. Tulisan itu berisi tentang kampusku yang tidak konsisten, dari program-program kampus yang sangat tidak konsisten,dari program kampus bilingual (dua bahasa), program (ngaji sebelum masuk) dan program-program lainnya, yang hanya berjalan tidak begitu lama. Ya karena kampusku memang tidak konsisten.
Sehingga bagiku ada yang masih kurang dari kritikan mahasiswa tempo hari itu, yaitu tentang perbaikan nilai yang semakin melonjak tinggi. Dari harga Rp. 2000 hingga naik Rp. 25000. Yang bagiku itu sangat lah mahal dan merugikan. Walaupun dengan alasan kenaikan harga perbaikan nilai itu, untuk menunjang mahasiswa untuk aktif kuliah. Ya mungkin alasannya agak rasional sedikit bagi saya. Kenapa saya tadi mengakatan merugikan mahasiswa, terutama saya?
Karena begini, coba kita lihat program-program dikampus yang sangat amburadul, terutama program yang itu menambah kualitas mahasiswa, sangatlah minim, seperti UKM dan kegiatan-kegiatan organisasi intra kampus untuk membimbing mahasiswa sangatlah jarang, bahkan sepertinya tidak ada. Maka dengan kondisi kampus yang demikian, maka tidak heran jika beberapa dari mahasiswa enggan kuliah, bahkan malas kuliah. Sehingga berdampak nilainya tidak lulus gara-gara jarang kuliah, dan harus membayar perbaikan sebesar 25 ribu. Dan paling anehnya ada salah satu dari mahasiswa yang itu sangat rajin kuliah malah tidak lulus, gara-gara input nilai dari TU kampus yang tidak beres, dan itu sangat merugikankan kami, selaku mahasiswa. Sangat merugikan. Boleh lah jika ada yang mengatakan itu salah mahasiswanya, ya mahasiswa yang malas dan tidak lulus gara-gara kemalasannya. Tapi bila mahasiswanya rajin dan mereka tetap saja nilainya tidak lulus. Siapa yang harus disalahkan?? Tentunya mereka (pimpinan kampus) yang harus disalahkan dan bertanggung jawab akan hal itu.
Dampak-dampak dari mahasiswa malas itu, terjadi Karena keinginan dari mahasiswa sering kali terlalaikan. Jika saja pempinan kampus dan organisasi-organisasi intra kampus memperbaiki kekurangan yang ada dan mampu memahami tentang keinginan mahasiswanya, maka saya rasa mahasiswa akan rajin dan giat belajar karena keinginan dan harapannya terpenuhi dan pun mampu mengembangkan dan mengharumkan kampusku tercinta.
Entah lah apa yang mereka(pempinan kampus) pikirkan ? Saya rasa mereka hanya uang yang difikirkan, bukan bagaimana mengembangkan mahasiswanya. Petutkah pemimpinan seperti mereka, kita katakan sangatlah kurang ajar??
Jika mereka masih tetap angkuh dan tidak mau memahami atau pura-pura tidak paham, tentang apa kebutuhan dari mahasiswanya. Maka siap-siaplah kampusku tercinta gulung tikar. Bukan kah begitu kawan?
Bapak, ibuk pimpinan kami merasa dirugikan olehmu!!!! Jangan injak-injak kami dengan sepatu mahalmu yang itu pemberian kami..!! Perbaiki kekurangan kampusku kami. Stop jangan mengumbar kebohongan...!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar